Di kereta api sempat nonton film dengan judul Vertical Limit yang
menceritakan tentang kehidupan beberapa pencinta olahraga panjat tebing. Suatu
olahraga yang membutuhkan nyali cukup tebal. Hanya yang suka memacu adrenalin
saja yang akan menyukai kegiatan outdoor yang satu ini. Bagi orang yang kurang
suka dengan terpacunya adrenalin, kegiatan ini dianggap kegiatan seseorang yang
ingin bunuh diri atau minimal dianggap kegiatan yang patut untuk dihindari.
Kali ini penulis tidak membahas mengenai olahraga ini sendiri tetapi
mengenai film berjudul Vertical Limit. Film ini bercerita mengenai para pecandu
olahraga penguras adrenalin ini. Namun banyak pelajaran yang bisa kita ambil
dari film ini. Pelajaran itu terutama tentang ikatan batin antara keluarga,
seorang ayah/ bapak, adik, dan seorang kakak.
Apa hubungan film ini dengan Prioritas? Sebelum membahas tentang koneksitas
keduannya, penulis coba ceritakan sedikit scene pertama film tersebut. Pada
awal film terlihat 5 orang pendaki di dinding tebing tegak lurus. Secara
berurutan, paling atas adalah 2 orang pendaki yang tidak diceritakan namanya.
Pada posisi ketiga ada sang ayah. Sang kakak yang bernama Peter dan adiknya
yang bernama Annie berturut turut ada posisi keempat dan kelima.
Dikarenakan sebuah kejadian dimana pendaki pertama dan kedua terlepas dari
tali pengaman, kelima pendaki tersebut tergantung bebas pada ketinggian ratusan
meter dari permukaan tanah. Sementara mereka tergantung tak berdaya, penambat
tali mulai terlepas satu persatu. Penambat yang dipakukan pada tebing batu itu
tak sanggup menahan beban mereka berlima.
Pendaki pertama dan kedua yang sekarang ada di posisi paling bawah segera
memotong tali pengaman mereka sendiri agar ketiga rekan mereka bisa selamat.
Hebat keputusan mereka untuk lebih mengutamakan keselamatan rekan mereka
yang masih ada kemungkinan selamat. Prioritas bagi kedua pendaki ini adalah
lebih baik mengorbankan nyawa 2 orang, yaitu mereka sendiri, daripada kelima
orang itu semuanya tewas karena penambat tak mampu menahan beban mereka
berlima. Suatu penentuan prioritas yang sungguh sungguh patut dihormati.
Walau sudah tinggal 3 orang, rupanya penambat tetap tidak kuat menahan
beban. Harus ada satu orang lagi yang dilepas (dikorbankan). Dan itu berarti sang
ayah yang ada di posisi paling bawah. Namun dia tak punya pisau karena pisau
miliknya ikut terjatuh.
Akhirnya sang ayah meminta sang kakak untuk memotong tali penopang jiwanya.
Pilihan yang susah, prioritas yang tidak mudah untuk dipilih. Kalau dipotong ,
sang ayah pasti wafat, dan rasa bersalah sebagai “pembubuh” ayah akan mendekam
selamanya di hati sang kakak. Tapi kalau tidak dipotong, usia mereka bertiga
hanya tinggal 2 menit, karena penambat itu hanya bisa menopang selama itu.
Pada kehidupan inipun sering kali diminta untuk memilih atau membuat
prioritas yang tidak gampang. Kadang kita merasa itu semua prioritas dan tidak
ada yang bisa punya skala prioritas yang lebih kecil, seperti cerita diatas.
Pernah dalam posisi seperti itu?
Ya pernah, tapi entah kadang kita menentukan prioritas yg sebenarnya, entah mengedepankan apa yang kita inginkan :)
ReplyDeleteBetul mas, menentukan sesuatu yang benar dengan sesuatu yang sesuai dengan keingina kita itu yang susah
DeleteFilm vertical limit ini diangkat dari buku apa si? Ada yg tau ga? Trs authornya siapa?
ReplyDeleteVertical Limit is a 2000 American survival thriller film directed by Martin Campbell, written by Robert King, and starring Chris O'Donnell, Bill Paxton, Robin Tunney, and Scott Glenn. The film was released on December 8, 2000 in the United States by Columbia Pictures, receiving mixed reviews from critics and grossing $215 million worldwide.
Delete