Garam
yang kurang asin? Apa itu? Yup, kalau garam jadi kurang asin,
kayaknya bukan garam dan harus diasinkan lagi. Kebetulan kemarin
tanggal 2 sampai dengan 4 Desember 2013 penulis mendapat kesempatan
untuk hadir di Information Systems International Conference (ISICO)
2013 di dua tempat yang berbeda, yaitu di Inna Grand Beach Hotel di
Sanur dan di kampus STIKOM Bali.
Pada
saat mendarat di Ngurah Rai, penulis membayangkan sebuah gedung khas
Bali yang mirip dengan pura ciri khas Bali. Bayangan penulis akan
sebuah bangunan bandara penuh ukiran dari kayu dan lukisan lukisan
bercorak penuh warna khas Bali. Beberapa tahun lalu, penulis pernah
datang ke Bali (waktu karya wisata SMA tahun 1994) dan tahun 2009.
Waktu itu kondisinya masih seperti bayangan penulis tadi.
Namun
bayangan seperti diceritakan diatas tadi tidak terwujud karena waktu
mendarat di Ngurah Rai, “rasa Bali” yang dulu demikian kental
telah hilang. Bandara Ngurai Rai memang sedang direnovasi, itu
mungkin mengurangi “rasa Bali” tersebut. Tapi tak ada lagi ukiran
kayu khas Bali. Tak ada lagi patung Jatayu disana. Apalagi likusan
penuh warna khas Bali. Bandaranya sama saja dengan bandara di
Semarang, Medan, Balikpapan atau Jakarta.
Sepanjang
jalan menuju daerah Sanur yang ditempuh dengan taksi bandara juga
telah kehilangan “nuansa Bali”. Taman taman dipingir jalan
ataupun di pembatas jalan telah tertata dengan rapi dan bagus, namun
tanpa nuansa Bali. Sama dengan taman taman di Ibukota Jakarta, sama
pula dengan taman yang tertata rapi di Kota Medan. Kalau kita berfoto
disana, kita tidak bakal tahu bedanya dengan kalau kita berfoto di
taman Kota Balikpapan.
Bukannya
mau menjelek-jelekkan kondisi di Bali atau protes kepada “pemilik
pulau Bali” tapi ini sekedar menyanpaikan rasa cinta kita pada
wajah kota di Pulau Bali. Akan sangat rugi rasanya jika Pulau Bali
tak lagi “beraroma dan berasa Bali”. Itulah yang mendasari
tulisan ini. Kata orang Semarang 'eman eman banget'. Sayang sekali
rasanya melihat Bali seperti itu.
Akan
sangat indah bila di bandara Ngurah Rai, pada saat masuk gedung
bandara, kita dapat mendengar alunan musik tradisional khas Bali. Pas
menunggu ambil bagasi, kita bisa melihat lukisan penuh warna yang
berkualitas khas Bali sambil mengagumi patung Jayatu diseberang sana
yang tak mungkin dilihat di bandara lain. Keluar dari bangunan gedung
kita disuguhi taman bandara yang “Bali banget” dengan kolam, arca
batu dan tanaman kamboja khas Bali.
Akan
sangat terkenang apabila taman taman kota sepanjang jalan ke Sanur
terlihat banyak bangunan dan patung – patung khas Bali, agar bisa
segera merasakan “nuansa Bali” yang kental. Rasa tersebut tidak
hanya dirasakan oleh wisatawan yang mampir ketempat wisata seperti
Pura Besakih, Ubud, Tanah Lot atau Bukit Kintamani saja, tapi oleh
semua orang yang datang ke Pulau Dewata ini dengan berbagai macam
keperluan. Jangan hanya wisatawan saja. Para pebisnis dan orang-orang
yang “hanya lewat” juga bisa merasakan nuansa Bali yang kental.
Tentunya ini sangat bagus bukan?
Tapi
kapan kah itu akan terjadi?
udah lama ga ke bali, jadi penasaran
ReplyDeletePengalaman tanggal 2-3 Desember kemarin nih bu
Delete